BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

RUKUN ISLAM


RUKUN IMAN


  • Iman kepada Allah
    • Patuh dan taat kepada Ajaran Allah dan Hukum-hukumNya
  • Iman kepada Malaikat-malaikat Allah
    • Mengetahui dan percaya akan keberadaan kekuasaan dan kebesaran Allah di alam semesta
  • Iman kepada Kitab-kitab Allah
    • Melaksanakan ajaran Allah dalam kitab-kitabNya secara hanif. Salah satu kitab Allah adalah Al-Qur'an
    • Al-Qur'an memuat tiga kitab Allah sebelumnya, yaitu kitab-kitab Zabur, Taurat, dan Injil
  • Iman kepada Rasul-rasul Allah
    • Mencontoh perjuangan para Nabi dan Rasul dalam menyebarkan dan menjalankan kebenaran yang disertai kesabaran
  • Iman kepada hari Akhirat
    • Paham bahwa setiap perbuatan akan ada pembalasan
  • Iman kepada Qada dan Qadar
    • Paham pada keputusan serta kepastian yang ditentukan Allah pada alam semesta

Sunday, November 9, 2008

SIRAH ALI BIN ABI TALIB

Kelahiran & Kehidupan Keluarga

Kelahiran

Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599 Masehi[1] atau 600[2](perkiraan). Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali terhadap Nabi Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut berbeda 25 tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun.

Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW. Haydar yang berarti Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani diantara kalangan Quraisy Mekkah.

Setelah mengetahui sepupu yang baru lahir diberi nama Haydar, Nabi SAW terkesan tidak suka, karena itu mulai memanggil dengan Ali yang berarti Tinggi(derajat di sisi Allah).

Kehidupan Awal

Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad, dimana Asad merupakan anak dari Hasyim, sehingga menjadikan Ali, merupakan keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu.

Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi Nabi SAW karena beliau tidak punya anak laki-laki. Uzur dan faqir nya keluarga Abu Thalib memberi kesempatan bagi Nabi SAW bersama istri beliau Khadijah untuk mengasuh Ali dan menjadikannya putra angkat. Hal ini sekaligus untuk membalas jasa kepada Abu Thalib yang telah mengasuh Nabi sejak beliau kecil hingga dewasa, sehingga sedari kecil Ali sudah bersama dengan Muhammad.

Dalam biografi asing (Barat), hubungan Ali kepada Nabi Muhammad SAW dilukiskan seperti Yohanes Pembaptis (Nabi Yahya) kepada Yesus (Nabi Isa). Dalam riwayat-riwayat Syi'ah dan sebagian riwayat Sunni, hubungan tersebut dilukiskan seperti Nabi Harun kepada Nabi Musa.

Masa Remaja

Ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, riwayat-riwayat lama seperti Ibnu Ishaq menjelaskan Ali adalah lelaki pertama yang mempercayai wahyu tesebut atau orang ke 2 yang percaya setelah Khadijah istri Nabi sendiri. Pada titik ini Ali berusia sekitar 10 tahun.

Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung dari Nabi SAW karena sebagai anak asuh, berkesempatan selalu dekat dengan Nabi hal ini berkelanjutan hingga beliau menjadi menantu Nabi. Hal inilah yang menjadi bukti bagi sebagian kaum Sufi bahwa ada pelajaran-pelajaran tertentu masalah ruhani (spirituality dalam bahasa Inggris atau kaum Salaf lebih suka menyebut istilah 'Ihsan') atau yang kemudian dikenal dengan istilah Tasawuf yang diajarkan Nabi khusus kepada beliau tapi tidak kepada Murid-murid atau Sahabat-sahabat yang lain.

Karena bila ilmu Syari'ah atau hukum-hukum agama Islam baik yang mengatur ibadah maupun kemasyarakatan semua yang diterima Nabi harus disampaikan dan diajarkan kepada umatnya, sementara masalah ruhani hanya bisa diberikan kepada orang-orang tertentu dengan kapasitas masing-masing.

Didikan langsung dari Nabi kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik aspek zhahir (exterior)atau syariah dan bathin (interior) atau tasawuf menggembleng Ali menjadi seorang pemuda yang sangat cerdas, berani dan bijak.

Kehidupan di Mekkah sampai Hijrah ke Madinah

Ali bersedia tidur di kamar Nabi untuk mengelabui orang-orang Quraisy yang akan menggagalkan hijrah Nabi. Beliau tidur menampakkan kesan Nabi yang tidur sehingga masuk waktu menjelang pagi mereka mengetahui Ali yang tidur, sudah tertinggal satu malam perjalanan oleh Nabi yang telah meloloskan diri ke Madinah bersama Abu Bakar.

Kehidupan di Madinah

Perkawinan

Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali dinikahkan Nabi dengan putri kesayangannya Fatimah az-Zahra yang banyak dinanti para pemuda. Nabi menimbang Ali yang paling tepat dalam banyak hal seperti Nasab keluarga yang se-rumpun (Bani Hasyim), yang paling dulu mempercayai ke-nabi-an Muhammad (setelah Khadijah), yang selalu belajar di bawah Nabi dan banyak hal lain.

Pertempuran yang diikuti pada masa Nabi saw

Perang Badar

Beberapa saat setelah menikah, pecahlah perang Badar, perang pertama dalam sejarah Islam. Di sini Ali betul-betul menjadi pahlawan disamping Hamzah, paman Nabi. Banyaknya Quraisy Mekkah yang tewas di tangan Ali masih dalam perselisihan, tapi semua sepakat beliau menjadi bintang lapangan dalam usia yang masih sangat muda sekitar 25 tahun.

Perang Khandaq

Perang Khandak juga menjadi saksi nyata keberanian Ali bin Abi Thalib ketika memerangi Amar bin Abdi Wud. Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama dzulfikar, Amar bin Abdi Wud terbelah menjadi dua bagian.

Perang Khaibar

Setelah Perjanjian Hudaibiyah yang memuat perjanjian perdamaian antara kaum Muslimin dengan Yahudi, dikemudian hari Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut sehingga pecah perang melawan Yahudi yang bertahan di Benteng Khaibar yang sangat kokoh, biasa disebut dengan perang Khaibar. Di saat para sahabat tidak mampu membuka benteng Khaibar, Nabi saw bersabda:

"Besok, akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan melarikan diri, dia akan menyerang berulang-ulang dan Allah akan mengaruniakan kemenangan baginya. Allah dan Rasul-Nya mencintainya dan dia mencintai Allah dan Rasul-Nya".

Maka, seluruh sahabat pun berangan-angan untuk mendapatkan kemuliaan tersebut. Namun, temyata Ali bin Abi Thalib yang mendapat kehormatan itu serta mampu menghancurkan benteng Khaibar dan berhasil membunuh seorang prajurit musuh yang berani bernama Marhab lalu menebasnya dengan sekali pukul hingga terbelah menjadi dua bagian.

Peperangan lainnya

Hampir semua peperangan beliau ikuti kecuali perang Tabuk karena mewakili nabi Muhammad untuk menjaga kota Madinah.

Setelah Nabi wafat

Sampai disini hampir semua pihak sepakat tentang riwayat Ali bin Abi Thalib, perbedaan pendapat mulai tampak ketika Nabi Muhammad wafat. Syi'ah berpendapat sudah ada wasiat (berdasar riwayat Ghadir Khum) bahwa Ali harus menjadi Khalifah bila Nabi SAW wafat. Tetapi Sunni tidak sependapat, sehingga pada saat Ali dan Fatimah masih berada dalam suasana duka orang-orang Quraisy bersepakat untuk membaiat Abu Bakar.

Menurut riwayat dari Al-Ya'qubi dalam kitab Tarikh-nya Jilid II Menyebutkan suatu peristiwa sebagai berikut. Dalam perjalan pulang ke Madinah seusai menunaikan ibadah haji ( Hijjatul-Wada'),malam hari Rasulullah saw bersama rombongan tiba di suatu tempat dekat Jifrah yang dikenal denagan nama "GHADIR KHUM." Hari itu adalah hari ke-18 bulan Dzulhijah. Beliau keluar dari kemahnya kemudia berkhutbah didepan jamaah sambil memegang tangan Imam Ali Bin Abi Tholib r.a.Dalam khutbahnya itu antara lain beliau berkata : "Barang siapa menanggap aku ini pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya.Ya Allah, pimpinlah orang yang mengakui kepemimpinannya dan musuhilah orang yang memusuhinya"

Pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah tentu tidak disetujui keluarga Nabi Ahlul Baitdan pengikutnya. Beberapa riwayat berbeda pendapat waktu pem-bai'at-an Ali bin Abi Thalib terhadap Abu Bakar sebagai Khalifah pengganti Rasulullah. Ada yang meriwayatkan setelah Nabi dimakamkan, ada yang beberapa hari setelah itu, riwayat yang terbanyak adalah Ali mem-bai'at Abu Bakar setelah Fatimah meninggal, yaitu enam bulan setelah meninggalnya Rasulullah demi mencegah perpecahan dalam ummat

Ada yang menyatakan bahwa Ali belum pantas untuk menyandang jabatan Khalifah karena umurnya yang masih muda, ada pula yang menyatakan bahwa kekhalifahan dan kenabian sebaiknya tidak berada di tangan Bani Hasyim.

Sebagai khalifah

Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah Utsman bin Affan mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia Islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara. Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah memaksa beliau, sehingga akhirnya Ali menerima bai'at mereka. Menjadikan Ali satu-satunya Khalifah yang dibai'at secara massal, karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda.

Sebagai Khalifah ke-4 yang memerintah selama sekitar 5 tahun. Masa pemerintahannya mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah Khalifah sebelumnya, Utsman bin Affan. Untuk pertama kalinya perang saudara antara umat Muslim terjadi saat masa pemerintahannya, Perang Jamal. 20.000 pasukan pimpinan Ali melawan 30.000 pasukan pimpinan Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Ummul mu'minin Aisyah binti Abu Bakar, janda Rasulullah. Perang tersebut dimenangkan oleh pihak Ali.

Peristiwa pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan yang menurut berbagai kalangan waktu itu kurang dapat diselesaikan karena fitnah yang sudah terlanjur meluas dan sudah diisyaratkan (akan terjadi) oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau masih hidup, dan diperparah oleh hasutan-hasutan para pembangkang yang ada sejak zaman Utsman bin Affan, menyebabkan perpecahan di kalangan kaum muslim sehingga menyebabkan perang tersebut. Tidak hanya selesai di situ, konflik berkepanjangan terjadi hingga akhir pemerintahannya. Perang Shiffin yang melemahkan kekhalifannya juga berawal dari masalah tersebut.

Ali bin Abi Thalib, seseorang yang memiliki kecakapan dalam bidang militer dan strategi perang, mengalami kesulitan dalam administrasi negara karena kekacauan luar biasa yang ditinggalkan pemerintahan sebelumya. Beliau meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdrrahman bin Muljam, seseorang yang berasal dari golongan Khawarij (pembangkang) saat mengimami shalat subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, dan Ali menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali dikuburkan secara rahasia di Najaf, bahkan ada beberapa riwayat yang menyatakan bahwa ia dikubur di tempat lain.

SIRAH UTHMAN IBNI AFFAN

Khalifah Ketiga, Malaikat Berasa Malu Kepadanya

Khalifah Uthman merupakan khalifah Islam yang ketiga selepas Khalifah Abu Bakar dan Khalifah Umar al-Khattab. Beliau dilantik menjadi khalifah melalui persetujuan orang ramai.

Nama beliau sebenarnya ialah Uthman b. ‘Affan b. Abul-As yang mana beliau dilahirkan ketika Baginda Nabi Muhammad SAW berumur 5 tahun. Uthman merupakan seorang bangsawan dari golongan Quraish dari Bani Ummayah.

Beliau terkenal sebagai seorang yang lemah lembut, pemurah dan baik hati. Beliau merupakan salah seorang dari saudagar yang terkaya di Tanah Arab, sehingga beliau digelarkan dengan gelaran “al-Ghani”. Selepas memeluk Islam beliau banyak mendermakan hartanya ke arah kepentingan agama Islam, sebagai contohnya dalam peperangan Tabuk, beliau telah mendermakan hartanya iaitu 950 ekor unta, 50 ekor kuda dan 1000 dinar. Begitu juga ketika umat Islam berhijrah ke Madinah, umat Islam menghadapi masalah untuk mendapatkan air minuman. Oleh itu Saidina Uthman telah membeli telaga Ruma dari seorang Yahudi dengan harga 20 000 dirham untuk digunakan oleh umat Islam dengan percuma.

Saidina Uthman bin Affan ra adalah seorang yang bertaqwa dan bersikap wara’. Tengah malamnya tak pernah disia-siakan. Beliau memanfaatkan waktu itu untuk mengaji Al-Quran dan setiap tahun beliau menunaikan ibadah haji. Bila sedang berzikir dari matanya mengalir air mata haru. Beliau selalu bersegera dalam segala amal kebajikan dan kepentingan umat, dermawan dan penuh belas kasihan. Khalifah Uthman telah melaksanakan hijrah sebanyak dua kali, pertama ke Habasyah, dan yang kedua ke Madinah.

Beliau digelarkan sebagai “Zunnurain” yang bermaksud dua cahaya kerana menikahi dua orang puteri Rasulullah iaitu Ruqayyah dan Ummi Kalthum. Setelah Ruqayyah meninggal dunia, Rasulullah SAW telah menikahkan beliau dengan puteri Baginda iaitu Ummi Kalthum. Uthman berkahwin sebanyak 7 kali lagi selepas kematian Ummi Kalthum dan seluruh anaknya berjumlah seramai 16 orang. Isterinya yang terakhir ialah Nailah binti Furaifisha.

Beliau dilantik menjadi khalifah selepas kematian Khalifah Umar ra yang ditikam. Beliau dilantik menjadi khalifah pada tahun 23 Hijrah oleh jawatankuasa yang ditubuhkan oleh Khalifah Umar al-Khattab ra.

Kepimpinan Dan Sejarah Pentadbiran

Ahli sejarah telah membahagikan tempoh pemerintahan Khalifah Uthman selama 12 tahun kepada dua bahagian iaitu pertamanya zaman atau tahap keamanan dan keagungan Islam, manakala yang keduanya pula ialah tahap atau zaman “Fitnatul-Kubra” iaitu zaman huru hara.

Zaman Keamanan Dan Keagungan Islam

Banyak jasa-jasa dan juga kejayaan yang telah dilakukan oleh Khalifah Uthman dalam menyebar dan memperkembangluaskan Islam. Ini termasuklah kejayaannya dalam:

1. Bidang Ketenteraan

Khalifah Uthman banyak melakukan perluasan kuasa terhadap beberapa buah negara dalam usahanya menyebarkan Islam, ini dapat dilihat pada keluasan empayar Islam yang dapat mengatasi keluasan empayar Rom Timur dan juga empayar Parsi pada zaman kegemilangan mereka. Antara wilayah baru yang telah berjaya ditakluki ialah Cyprus, Afganistan, Samarqand, Libya, Algeria, Tunisia, Morocco dan beberapa buah negara lagi. Beliau juga bertanggungjawab dalam menubuhkan angkatan tentera laut Islam yang pertama bagi menjamin keselamatan dan melakukan perluasan kuasa. Banyak negara-negara yang telah dibuka melalui angkatan tentera ini.

2. Pembukuan Al-Quran

Perluasan kuasa telah menyebabkan penyebaran Islam terjadi secara meluas. Apabila ramainya orang-orang yang memeluk Islam sudah tentu banyaknya perbezaan antara sesuatu wilayah dengan wilayah yang lain dari segi mereka mempelajari Islam. Apa yang paling ketara sekali ialah dalam masalah mereka mempelajari al-Quran. Banyak terdapatnya perbezaan bacaan yang membawa kepada salah bacaan antara satu tempat dengan tempat yang lain. Dengan keadaan ini banyak terjadinya salah faham dan saling tuduh menuduh sesama orang Islam dalam menyatakan siapakah yang betul pembacaannya.

Oleh itu Khalifah Uthman telah mengadakan satu naskhah al-Quran yang baru yang mana ianya digunakan secara rasmi untuk seluruh umat Islam. Khalifah Uthman telah menggunakan lahjah Bahasa Quraish dan yang mana al-Quran yang berbeza telah dibakar. Al-Quran inilah yang digunakan hingga kehari ini yang mana ianya dikenali dengan nama Mushaf Uthmani. Langkah-langkah ini bertujuan untuk menjamin kesucian al-Quran sebagai sumber perundangan Islam.

3. Pembesaran Masjid Nabawi

Masjid Nabawi telah menjadi padat kerana dipenuhi dengan jemaah yang semakin ramai, Oleh itu Khalifah Uthman telah membesarkan masjid tersebut dengan membeli tanah bagi memperluaskan kawasan tersebut. Masjid tersebut telah diluaskan pada tahun 29 Hijrah.

4. Menyebarkan Dakwah Islam

Khalifah Uthman sering berdakwah di penjara dan beliau berjaya mengislamkan ramai banduan. Beliau juga banyak mengajar hukum-hukum Islam kepada rakyatnya. Ramai pendakwah telah dihantar keserata negeri bagi memperluaskan ajaran Islam. Beliau juga telah melantik ramai pengajar hukum Islam dan juga melantik petugas khas yang membetulkan saf-saf sembahyang. Beliau juga banyak menggunakan al-Quran dan as-Sunah dalam menjalankan hukum-hukum.

Al-Fitnah al-Kubra (Zaman Fitnah)

Pada akhir tahun 34 Hijrah, pemerintahan Islam dilanda fitnah. Sasaran fitnah tersebut adalah Saidina Uthman ra hingga mengakibatkan beliau terbunuh pada tahun berikutnya.

Fitnah yang keji datang dari Mesir berupa tuduhan-tuduhan palsu yang dibawa oleh orang-orang yang datang hendak umrah pada bulan Rajab.

Saidina Ali bin Abi Thalib ra bermati-matian membela Saidina Uthman dan menyangkal tuduhan mereka. Saidina Ali menanyakan keluhan dan tuduhan mereka, yang segera dijawab oleh mereka, “Uthman telah membakar mushaf-mushaf, shalat tidak diqasar sewaktu di Makkah, mengkhususkan sumber air untuk kepentingan dirinya sendiri dan mengangkat pejabat dari kalangan generasi muda. la juga mengutamakan segala fasilitas untuk Bani Umayyah (golongannya) melebihi orang lain.”

Pada hari Jumaat, Saidina Uthman berkhutbah dan mengangkat tangannya seraya berkata, “Ya Allah, aku beristighfar dan bertaubat kepadaMu. Aku bertaubat atas perbuatanku. ”

Saidina Ali ra menjawab, “Mushaf-mushaf yang dibakar ialah yang mengandungi perselisihan dan yang ada sekarang ini adalah yang disepakati bersama keshahihannya. Adapun shalat yang tidak diqasar sewaktu di Makkah, adalah kerana dia berkeluarga di Makkah dan dia berniat untuk tinggal di sana. Oleh kerana itu shalatnya tidak diqasar. Adapun sumber air yang dikhususkan itu adalah untuk ternak sedekah sehingga mereka besar, bukan untuk ternak unta dan domba miliknya sendiri. Umar juga pernah melakukan ini sebelumnya. Adapun mengangkat pejabat dari generasi muda, hal ini dilakukan semata-mata kerana mereka mempunyai kemampuan dalam bidang-bidang tersebut. Rasulullah SAW juga pernah melakukan ini hal yang demikian. Adapun beliau mengutamakan kaumnya, Bani Umayyah, kerana Rasulullah sendiri mendahulukan kaum Quraish daripada bani lainnya. Demi Allah seandainya kunci syurga ada di tanganku, aku akan memasukkan Bani Umayyah ke syurga.”

Setelah mendengar penjelasan Ali ra, umat Islam pulang dengan rasa puas. Tetapi para peniup fitnah terus melancarkan fitnah dan merencanakan makar jahat mereka. Di antara mereka ada yang menyebarkan tulisan dengan tanda tangan palsu dari pada sababat termuka yang menjelek-jelekkan Uthman. Mereka juga menuntut agar Uthman dibunuh.

Fitnah keji pun terus menjalar dengan kejamnya, sebahagian besar umat termakan fitnah tersebut hingga terjadinya pembunuhan atas dirinya, setelah sebelumnya terkepung selama satu bulan di rumahnya. Peristiwa inilah yang disebut dengan “Al-Fitnah al-Kubra” yang pertama, sehingga merobek persatuan umat Islam.

Saidina Uthman ra syahid dibunuh oleh pemberontak-pemberontak yang mengepung rumahnya. Pada tanggal 8 Zulhijah 35 Hijriah, Uthman menghembuskan nafas terakhirnya sambil memeluk al-Quran yang dibacanya. Sejak itu, kekuasaan Islam semakin sering diwarnai oleh titisan darah. Pemerintahannya memakan masa selama 12 tahun, yang mana ianya merupakan pemerintah yang paling lama dalam pemerintahan Khulafa ’ ar-Rasyidin.

Allahu ‘alam bisshawab.

SIRAH UMAR AL-KHATTAB

Latar belakang

Ia memiliki nama lengkap Umar bin Khattab bin Nafiel bin abdul Uzza, terlahir di Mekkah, dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy. Orangtuanya bernama Khaththab bin Nufail Al Mahzumi Al Quraisyi dan Hantamah binti Hasyim.

Keluarga Umar tergolong keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu yang jarang. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.

Sebelum Islam, sebagaimana tradisi kaum jahiliyah mekkah saat itu, Umar mengubur putrinya hidup-hidup. Sebagaimana yang ia katakan sendiri, "Aku menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian menyisir janggutku".

Mabuk-mabukan juga merupakan hal yang umum dikalangan kaum Quraish. Beberapa catatan mengatakan bahwa pada masa pra-Islam, Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali. Tetapi, setelah masuk Islam, belum diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas. Sehingga ada kisah, Pada malam hari, Umar bermabuk-mabukkan sampai Subuh. Ketika waktu Subuh tiba, beliau pergi ke masjid dan ditunjuk sebagai imam. Ketika membaca surat Al-Kafirun, karena ayat 3 dan 5 bunyinya sama, setelah membaca ayat ke 5, beliau ulang lagi ke ayat 4 terus menerus. Akhirnya, Allah menurunkan larangan bermabuk-mabukkan yang tegas.

Memeluk Islam

Ketika ajakan memeluk Islam dideklarasikan oleh Nabi Muhammad SAW, Umar mengambil posisi untuk membela agama tradisional kaum Quraish (menyembah berhala). Pada saat itu Umar adalah salah seorang yang sangat keras dalam melawan pesan Islam dan sering melakukan penyiksaan terhadap pemeluknya.

Dikatakan bahwa pada suatu saat, Umar berketetapan untuk membunuh Muhammad SAW. Saat mencarinya, ia berpapasan dengan seorang muslim (Nu'aim bin Abdullah) yang kemudian memberi tahu bahwa saudara perempuannya juga telah memeluk Islam. Umar terkejut atas pemberitahuan itu dan pulang ke rumahnya.

Di rumah Umar menjumpai bahwa saudaranya sedang membaca ayat-ayat Al Qur'an (surat Thoha), ia menjadi marah akan hal tersebut dan memukul saudaranya. Ketika melihat saudaranya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat. Ia kemudian menjadi sangat terguncang oleh isi Al Qur'an tersebut dan kemudian langsung memeluk Islam pada hari itu juga.

Kehidupan di Madinah

Umar adalah salah seorang yang ikut pada peristiwa hijrah ke Yathrib (Madinah) pada tahun 622 Masehi. Ia ikut terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Ia adalah salah seorang sahabat dekat Nabi Muhammad SAW

Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Muhammad.

Kematian Muhammad SAW

Setelah sakit dalam beberapa minggu, Nabi Muhammad SAW wafat pada hari senin tanggal 8 Juni 632 (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah), di Madinah.

Persiapan pemakamannya dihambat oleh Umar yang melarang siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Ia berkeras bahwa Nabi tidaklah wafat melainkan sedang tidak berada dalam tubuh kasarnya, dan akan kembali sewaktu-waktu. (Hayatu Muhammad, M Husain Haikal)

Abu Bakar yang kebetulan sedang berada di luar Madinah, demi mendengar kabar itu lantas bergegas kembali. Ia menjumpai Umar sedang menahan muslim yang lain dan lantas mengatakan.

"Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Muhammad, Muhammad sudah mati. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati."

Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Qur'an :

"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (surat Ali 'Imran ayat 144)

Umar lantas menyerah dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan.

Masa kekhalifahan Abu Bakar

Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasehat kepalanya. Kemudian setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk menggantikannya.

Menjadi khalifah

Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).

Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.

Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk shalat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk shalat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia shalat.

Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.

Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di jaman itu, ia tetap hidup sebagaimana saat para pemeluk Islam masih miskin dan dianiaya.

Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.

Kematian

Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak pada saat ia akan memimpin shalat Subuh. Fairuz adalah salah seorang warga Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara digdaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah kematiannya jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan.

SIRAH ABU BAKAR AS-SIDDIQ

Arti nama

Abu Bakar berarti 'ayah si gadis', yaitu ayah dari Aisyah istri Nabi Muhammad SAW. Namanya yang sebenarnya adalah Abdul Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang kemudian diubah oleh Rasulullah menjadi Abdullah (artinya 'hamba Allah'). Sumber lain menyebutkan namanya adalah Abdullah bin Abu Quhafah (Abu Quhafah adalah kunya atau nama panggilan ayahnya). Nabi Muhammad SAW juga memberinya gelar Ash-Shiddiq (artinya 'yang berkata benar'), sehingga ia lebih dikenal dengan nama Abu Bakar ash-Shiddiq.

Memeluk Islam

Abu Bakar dilahirkan di Mekkah dari keturunan Bani Taim, suku bangsa Quraish. Berdasarkan beberapa sejarawan Islam, ia adalah seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar serta dipercayai sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi. Berdasarkan keadaan saat itu dimana kepercayaan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW lebih banyak menarik minat anak-anak muda, orang miskin, kaum marjinal dan para budak, sulit diterima bahwa Abu Bakar justru termasuk dalam mereka yang memeluk Islam dalam periode awal dan juga berhasil mengajak penduduk mekkah dan kaum Quraish lainnya mengikutinya (memeluk Islam).

Awalnya ia dikenal dengan nama Abdul Ka'bah (pelayan Ka'bah), setelah memeluk Islam ia menggunakan nama Abdullah (pelayan Tuhan). Namun, ia lebih dikenal dengan nama Abu Bakar (dari bahasa arab Bakr yang berarti unta muda) karena minatnya dalam berternak unta.

Era bersama Nabi

Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan.

Beberapa budak yang ia bebaskan antara lain :

  • Bilal bin Rabbah
  • Abu Fakih
  • Ammar
  • Abu Fuhaira
  • Lubainah
  • An Nahdiah
  • Ummu Ubays
  • Zinnira

Ketika peristiwa Hijrah, saat Nabi Muhammad SAW pindah ke Madinah (622 M), Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar juga terikat dengan Nabi Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya, Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad beberapa saat setelah Hijrah.

Menjadi Khalifah

Selama masa sakit Rasulullah SAW saat menjelang ajalnya, dikatakan bahwa Abu Bakar ditunjuk untuk menjadi imam shalat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya. Segera setelah kematiannya (632), dilakukan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam.

Apa yang terjadi saat musyawarah tersebut menjadi sumber perdebatan. Penunjukan Abu Bakar sebagai khalifah adalah subyek yang sangat kontroversial dan menjadi sumber perpecahan pertama dalam Islam, dimana umat Islam terpecah menjadi kaum sunni dan syi'ah. Di satu sisi kaum syi'ah percaya bahwa seharusnya Ali bin Abi Thalib (menantu nabi Muhammad) yang menjadi pemimpin dan dipercayai ini adalah keputusan Rasulullah SAW sendiri sementara kaum sunni berpendapat bahwa Rasulullah SAW menolak untuk menunjuk penggantinya. Kaum sunni berargumen bahwa Rasulullah mengedepankan musyawarah untuk penunjukan pemimpin.sementara muslim syi'ah berpendapat kalau rosulullah saw dalam hal-hal terkecil seperti sebelum dan sesudah makan,minum,tidur,dll,tidak pernah meninggal umatnya tanpa hidayah dan bimbingan apalagi masalah kepemimpinan umat terahir.dan juga banyak hadits di sunni maupun syi'ah tentang siapa khalifah sepeninggal rosulullah saw,serta jumlah pemimpin islam yang dua belas.kalau memang musyawarah kenapa tidak menampilkan tokoh bani hasyim,dan cobalah kita simak kembali jalan musyawarah di saqifah bani sa'idah.kalau memang penunjukkan pemimpin dengan musyawarah,bagaimana dengan kholifah umar yang memimpin dengan wasiat kholifah abu bakar,atau kenapa kholifah mu'awiyah merubahnya menjadi kerajaan monarki,dan kenapa dibenarkan khilafah abbasiah yang menggantikan khilafah bani umayah dengan pemberontakan dan peperangan.mungkin kita harus lebih dalam lagi membaca sejarah islam dengan refrensi lengkap. Terlepas dari kontroversi dan kebenaran pendapat masing-masing kaum tersebut, Ali sendiri secara formal menyatakan kesetiaannya (berbai'at) kepada Abu Bakar dan dua khalifah setelahnya (Umar bin Khattab dan Usman bin Affan). Kaum sunni menggambarkan pernyataan ini sebagai pernyataan yang antusias dan Ali menjadi pendukung setia Abu Bakar dan Umar. Sementara kaum syi'ah menggambarkan bahwa Ali melakukan baiat tersebut secara pro forma,mengingat beliau berbaiat setelah sepeninggal fatimah istri beliau yang berbulan bulan lamanya dan setelah itu ia menunjukkan protes dengan menutup diri dari kehidupan publik.

Perang Ridda

Segera setelah suksesi Abu Bakar, beberapa masalah yang mengancam persatuan dan stabilitas komunitas dan negara Islam saat itu muncul. Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah baru dan sistem yang ada. Beberapa diantaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni penyembahan berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya memiliki komitmen dengan Nabi Muhammad SAW dan dengan kematiannya komitmennya tidak berlaku lagi. Berdasarkan hal ini Abu Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang Ridda. Dalam perang Ridda peperangan terbesar adalah memerangi "Ibnu Habib al-Hanafi" yang lebih dikenal dengan nama Musailamah Al-Kazab (Musailamah si pembohong), yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi Muhammad SAW. Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid.

Ekspedisi ke utara

Setelah menstabilkan keadaan internal dan secara penuh menguasai Arab, Abu Bakar memerintahkan para jenderal Islam melawan kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Sassanid. Khalid bin Walid menaklukkan Irak dengan mudah sementara ekspedisi ke suriah juga meraih sukses.

Qur'an

Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Qur'an. Dikatakan bahwa setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah dalam perang Ridda, banyak penghafal Al Qur'an yang ikut tewas dalam pertempuran. Abu Bakar lantas meminta Umar bin Khattab untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. Setelah lengkap koleksi ini, yang dikumpulkan dari para penghafal Al-Quran dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya, oleh sebuah tim yang diketuai oleh shahabat Zaid bin Tsabit, kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad SAW. Kemudian pada masa pemerintahan Usman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al Qur'an hingga yang dikenal hingga saat ini.

Kematian

Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah.Abu Bakar dimakamkan di rumah Aishah [di dekat masjid Nabawi], di samping makam Rasulullah SAW.


Saturday, November 1, 2008

Mengapa??

Meletakkan sesuatu sandaran tanpa bukti yang sahih dan mengatakan ia , adalah sahih.

Meletakkan imej pemuda islam sebagai pemuda melayu , bercakap seperti melayu , berpakaian seperti melayu ,dan berbudaya seperti melayu.

Namun akhirnya , segala itu disinonimkan dengan agama, walau kadang kala , budayanya bertentangan dengan agama..Contohnya sesuatu majlis berimejkan agama , hadirin yang tidak bersongkok dan berbaju melayu , dipandang sebagai insan yang kurang pegangan agama.

Yang tidak berbaju kurung , dikatakan sebagai kurang menghormati majlis.Sedangkan pakaian agamanya hanyalah kepada berteraskan budaya setempat.

Itu belum lagi dengan adat-adat yang jelas bertentangn , seperti bacaan-bacaan sebelum masuk ke hutan , yang bermaksud memuji-memuji makhluk , perempuan mengandung yang mati , disangka bakal menjadi pontianak , malah mengatakan golongan yang bertanya sebagai golongan lemah iman.

Malang sekali disebarkan oleh orang melayu , dan beragama dan dipercayai oleh orang-orang yang beragama..Budaya kurang membaca , kurang bertanya , taat tanpa sebab , amat sinonim dengan dengan umat yang beragama..Ini satu kekeliruan , diturunkan kepada generasi ke generasi.

Generasi akan datang akan lebih keliru , lebih parah lagi jika mereka mengelirukan orang yang lain..Malah generasi sekarang pun yang terdedah dengan segala macam bentuk maklumat lebih cenderung untuk mengambil hiburan sebagai maklumat..Maklumat-maklumat lain dipinggirkan.

Jualan naskah hiburan laris bagi pisang panas..Naskah-naskah yang berilmu sedikit , penggemarnya boleh dihitung dengan jari..Jadi yang lancar di bibir masyarakat hanyalah tentang dunia hiburan.Siapa kahwin siapa , siapa kawan siapa , gosip dan sebagainya..Apa lagi jika dilihat kajian bilangan membaca buku dikalangan rakyat , senarionya amat parah.

''sinar agama dibayangi wajah-wajah hodoh penganutnya.''

BERJIHAD DENGAN CARA BERPERANG DI DALAM ISLAM

Mengapa Islam membenarkan umatnya untuk berperang ?

Sesungguhnya Islam adalah sebuah agama yang menganjurkan perdamaian . Perkataan Islam itu mempunyai perkaitan dengan kedamaian dan sentosa . Tetapi mengapa Islam mebenarkan umatnya untuk berperang sehingga ramai di kalangan orientalis Barat mencanagkan kepada dunia bahawa Islam tertegak melalui mata pedang ? Di sini saya cuba ringkaskan tujuan peperangan di dalam Islam .

1) Peperangan di dalam Islam adalah bertujuan untuk membebaskan orang ramai yang berada di dalam cengakaman pemerintahan kuku besi , menghambakan manusia , menjadikan manusia sebagai bahan untuk memuaskan nafsu serakah mereka kepada keadilan Islam . Unutk menjelaskan maksud ini eloklah saya bawa kata-kata Rab'ie bin Ameir kepada Rustam , pahlawan Parsi . " kami di utuskan untuk mengeluarkan manusia daripada menyembah sesama mereka kepada menyembah Tuhan yang menjadikan mereka ." Lihatlah sistem hidup yang tidak bersistem Islam di mana-mana sahaja . Apabila kita menelitinya kita akan mendapati di sana terdapat satu bentuk perhamabaan . Tenaga rakyat dan tenaga rakyat di kerah dan dirampas untuk kepentingan sekelompok masyarakat yang memerintah . Golongan ini sentiasa menolak keadilan kerana keadilan yang tertegak akan kekuasan yang mereka gunakan untuk kepentingan diri mereka . Menumpahkan darah kumpulan ini samalah seperti melakukan pembedahan untuk membuang barah yang membengkak di dalam tubuh . demi untuk menyelamatkan nyawa seseorang insan .Pisau yang digunakan terpaksa menghiris beberapa bahagian yang lain untuk sampai kepada barah tersebut .

2) Peperangan di dalam Islam adalah semata-mata menegakkan keadilan agama Islam , bukannya berdasarkan politik kaum yang sempit ataupun untuk mencari kekayaan . Orientalis barat yang sentiasa mengangap Islam sebuah agama yang suka kepada peperangan lupa bahawa peperangan di dalam Islam adalah semata untuk sebuah kebenaran , bukannya berdasarkan kepada nasionalis kolot ataupun untuk mengaut kekayaan daripada negara yang diserang seperti yang yang dilakukan oleh beberapa negara Eropah . Ingatkah kita bahawa Portugis , Belanda , British dan Jepun pernah menyerang negara kita demi mengaut kekayaaan yang tertanam di perut bumi kita dan mengankat martabat bangsa mereka di kalangan masyarakt dunia . Berapa ramai jiwa datuk nenek kita yang terkorban akibat nafsu serakah mereka . Dan satu contoh yang jelas di hadapan mata kita bagaimana Amerika menggunakan kekuatan tentera mereka untuk memastikan hasil minyak masuk ke kahzanah negara mereka dengan mebiarkan kanak-kanak yang lansung tidak mengerti erti kehidupan mati kelaparan . Sedangkan peperangan di dalam Islam jauh sama sekali daripada unsur-unsur tersebut . Khalifah Umar Abdul Aziz tetap hidup dengan penuh sederhana , biarpun tentera-tentera Islam di waktu pemerintahnnya telah berjaya membuka beberapa kawasan yang kaya dengan hasil bumi . Dan peperangan ini juga bukanlah untuk keagungan sesuatu bangsa , bukannya untuk Arab , Turki , Melayu , Cina , India , Eropah ataupun mana sahaja bangsa di dunia ini , tetapi adalah untuk semua manusia yang mengaku beriman kepada Allah s.w.t.

Mengapa orientalis Barat menggunakan dakyah " Islam tertegak melalui pedang".

Sebenarnya orientalis-orientalis ini menyedari kesucian makna jihad melalui peperangan yang terdapat di dalam Islam seperti mana mereka menyedari kesucian Islam itu sendiri . Mereka sengaja menggunakan senjata ini untuk memastikan umat Islam terus tidur dan hidup di dalam keadaan pengecut dan di dalam masa yang sama mereka menerkam satu persatu negara Islam . Taktik mereka cukup licik . Apabila dakyah tersebut mereka lancarkan , sebahagian ulama Islam terperangkap dengan dakyah ini , lantas melaungkan peperangan di dalam Islam hanya untuk mempertahankan diri . Lantas hiduplah kebanyakkan umat Islam di dalam negara masing-masing tampa memperdulikan nasib saudara seIslam yang ditimpa musibah . Apabila Kristian menyerang negara Balkan , Rusia menyerang Afganistan hanya beberapa kerat sahaja daripada umat Islam yang mewakili hampir satu pertiga daripada penduduk dunia yang sama-sama menangisi nasib mereka . Bahkan keadaan ini semakin menyedihkan , kerana sebahagian umat Islam bukan sahaja tidak mahu membantu saudaranya yang diserang , malahan menjadi bacul dan pengecut hatta untuk mempertahankan kesucian tanah milik mereka sendiri seperti yang berlaku di Palestin sekarang .

Sebagai kesimpulan konsep JIHAD mesti difahami oleh setiap umat Islam , demi untuk memastikan Islam terus gemilang .

ingin bertanya atau berbincang hal2 agama??

saya sedia membantu....

INSYA'ALLAH....